PENGERTIAN
DATA
Data merupakan salah satu hal utama
yang dikaji dalam masalah TIK. Penggunaan danpemanfaatan data sudah mencakup
banyak aspek. Berikut adalah pembahasan definisi databerdasarkan berbagai
sumber.Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara
terstruktur, dengankata lain bahwa Generally, data represent a structured
codification of single primaryentities, as well as of transactions involving
two or more primary entities
(Vercellis). Selaindeskripsi dari sebuah
fakta, data dapat pula merepresentasikan suatu objek sebagaimanadikemukakan
oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa Data adalah nilai yangmerepresentasikan
deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event).
Dengan demikian
dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu objek, kejadian,atau fakta
yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi terstruktur untuk suatu
ataubeberapa entitas.Setelah kita mengerti akan pengertian tentang data maka
dari hasil data tersebut akamenghasilkan informasi. Informasi merupakan sesuatu
yang dihasilkan dari pengolahandata. Data yang sudah ada dikemas dan diolah
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi
berdasarkan berbagai sumber.
Informasi merupakan suatu hasil dari
pemrosesan data menjadi sesuatu yang bermaknabagi yang menerimanya, sebagaimana
dikemukakan oleh Vercellis (2009: 7) Information isthe outcome of extraction
and processing activities carried out on data, and it appearsmeaningful for
those who receive it in a specific domain . Selain merupakan hasil daripengolahan
data, informasi juga menggambarkan sebuah kejadian, sebagaimanadikemukakan oleh
Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa Informasi merupakan hasil
daripengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian
(event)yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih berarti .
Dengan demikian informasi dapat
dijelaskan kembali sebagai sesuatu yang dihasilkan daripengolahan data menjadi
lebih mudah dimengerti dan bermakna yang menggambarkansuatu kejadian dan fakta
yang ada.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:
1. Berdasarkan Setting (Setting
Alamiah, Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai
responden, seminar, dan lain-lain)
2. Berdasarkan sumber data: (Sumber
Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber yang
tidak langsung memberikan data).
3. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan
Pengumpulan Data dengan Observasi
1) Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang
sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “through
observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut.
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan
observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi
yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert
observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed observation).
Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi
menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active
participation, dan complete participation.
a) Observasi partisipatif
Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Susan Stainback
dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In participant observation, the researcher
observes what people do, listent to what they say, and participates in their
activities” Dalam obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa yang
dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi
dalam aktivitas mereka.
Observasi
ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi
moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
- Partisipasi
pasif : peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
- Partisipasi
moderat : terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan
orang luar.
- Partisipasi
aktif : peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber,
tetapi belum sepenuhnya lengkap.
- Partisipasi
lengkap : peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan
sumber data.
b) Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti dalam melakukan pengumpulan
data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c) Observasi tak terstruktur
Observasi tidak terstuktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum
dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
2) Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution yang
dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai
berikut :
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang
holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan
diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan
induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.
Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c) Dengan observasi, peneliti dapat
menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang
yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu
tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan observasi, peneliti dapat
menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan
nama lembaga.
e) Dengan observasi, peneliti dapat
menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh
gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui pengamatan di lapangan,
peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh
kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.
3) Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian
kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang
terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities
(aktivitas).
Place, atau tempat di mana interkasi
dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung.
4) Tahapan Observasi
Menurut Spradley dalam Sugiyono
(2006) tahapan observasi ada tiga yaitu :
1) observasi deskriptif
2) observasi terfokus
3) observasi terseleksi
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi
sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan
pertama. Peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan
terhadap semua yang ditemui.
b) Observasi terfokus
Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus,
peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
c) Observasi terseleksi
Peneliti telah menemukan karakteristik
kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan
hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.
b. Pengumpulan data dengan wawancara/interview
Esterberg dalam Sugiyono (2006)
mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two persons to
exchange information and idea through question and responses. Resulting in
communication and joint construction of meaning abaut a particular topic”.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Susan stainback dalam Sugiyono (2006)
mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a
deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of phenomenon
than can be gained through observationalon. Jadi dengan wawancara, maka
peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak
bisa ditemukan melalui observasi.
Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono
(2006) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of social researct. If
you look through almost any sociological journal. You will find that much
social research is based on interview, either standardized or more in-depth”.
Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu
sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara perlu memahami
situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana
harus melakukan wawancara. Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara
sering bias. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bisa.
1) macam-macam interview/wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2006)
mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur
2) langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal
dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan
wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a)Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
c)Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh
3) Jenis-jenis pertanyaan dalam
wawancara
Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006)
menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau
demografi
Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam
Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk
wawancara sebagai berikut:
a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan
informan diminta
untuk memberikan respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan
hipotesis alternative
d) Pertanyaan interpretative
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alas an
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alas an
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap
sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan
Spradley dalam Sugiyono (2006)
menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu: pertanyaan
deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
4) Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam
dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera
5) Mencatat hasil wawancara
Hasil
wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak
lupa atau bahkan hilang.
JENIS
–JENIS DATA
Berdasarkan
sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.
Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain
observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan
penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro
Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Pemahaman
terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan
teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.
PENGERTIAN VARIABEL
Dalam bahasa sehari-hari, variabel
penelitian sering diartikan sebagai ”faktor-faktor yang dikaji dalam penelitian”.
Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel adalah konsep yang memiliki
keragaman nilai. Meskipun demikian pemahaman yang mengartikan variabel sebagai
faktor-faktor yang akan dikaji dalam penelitian juga dapat diterima mengingat
bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya memahami, mengukur, dan
menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Tentang hal ini perlu
diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan
berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan
berdasarkan kajian pustaka. Itu juga berlaku pada penelitian Grounded maupun
Penelitian Partisipatif.
Bedanya adalah dalam penelitian pada
umumnya variabel lebih mengacu pada teori dan atau hasil-hasil penelitian yang
telah biasa dilakukan tentang Topik atau Judul yang sama. Sedang dalam
penelitian Grounded dan Partisipatif lebih mengacu pada data/fakta penagalaman
empiris baik yang dilakukan oleh praktisi maupun para peneliti setempat.
MACAM – MACAM VARIABEL
Menurut
Sugiyono (2009) hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka
macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
(1) Variabel Independen
:
variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
(2) Variabel Dependen : sering
disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasan Indonesia
sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
(3) Variabel Moderator
: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan
antara variabel independent dengan dependen. Variabel ini disebut juga sebagai
variabel independent kedua. Hubungan perilaku suami dan istri akan semakin baik
(kuat) kalau mempenyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ketiga
ikut mencampuri. Di sini anak adalah variabel moderator yang memperkuat
hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah
hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan
guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik dan hubungan semakin rendah
bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
(4) Variabel Intervening :
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan
diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
(5) Variabel Kontrol :
adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
variabel independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti. Variabel Kontrol sering digunakan oleh peneliti bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan melalui penelitian eksperimen.
Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen, moderator,
intervening atau variabel yang lain, hrus dilihat konteksnya dengan dilandasi
konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan empiris di tempat
penelitian.Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti, maka
terlebih dahulu perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan studi pendahuluan
pada objek yang diteliti.
SUMBER :