Kamis, 05 Januari 2012

Alat Konversi BBM Diimpor Mulai Februari



Mulai Februari depan Kementerian Perindustrian akan mengimpor sekitar 250.000 alat konversi (converter kit) untuk kendaraan umum. Alat konversi akan diimpor dari negara Eropa, kemungkinan besar dari Italia. Alat ini dipakai untuk membuat kendaraan berbahan bakar bensin menjadi gas.

"Mungkin bulan depan impornya. Sementara itu PT Dirgantara Indonesia sudah memproduksi 300 unit," kata MS Hidayat, di Istana Kepresidenan,.

Untuk produksi dalam negeri pemerintah berencana mengadakan lelang (beauty contest) usai sarana dan regulasi siap. "Tahun depan sudah diproduksi BUMN dan swasta. Nanti setelah semuanya siap kami undang mereka untuk beauty contest," ujar mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ini.

Mulai April 2012 mendatang pemerintah memulai pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Selain untuk mengurangi porsi subsidi BBM, pemerintah juga ingin mengalihkan penggunaan sumber energi alternatif, yaitu CNG (Compressed Natural Gas) dan LGV (Liquid Gas for Vehicle).

Para pemilik kendaraan pribadi berpelat hitam diwajibkan mengganti penggunaan Premium yang mendapat subsidi menjadi Pertamax. Sedangkan para pemilik kendaraan umum diproyeksi beralih ke CNG atau LGV.

Itu artinya kebutuhan gas akan meningkat. Karena itu Hidayat mengkhawatirkan kontinuitas suplai gas untuk CNG dan LGV. Juga tidak kalah penting persiapan alat konversinya. "Semua tergantung pada kesiapan kami juga. Itu yang mesti kami lakukan," kata dia.

Ditemui terpisah di Istana Presiden, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan untuk jangka panjang seluruh kendaraan baru sudah harus dilengkapi dengan alat konversi sejak dari pabrik. Sebanyak 1,2 juta kendaraan diproyeksi untuk pembatasan BBM bersubdisi dan pengalihan menggunakan gas.

Sebelumnya, sebagai persiapan dari pembatasan BBM bersubsidi ini setidaknya sebanyak 254 mikrolet M01 jurusan Kampung Melayu-Senen sudah dipasangi label RFID (Radio Frequency Identification Technology). Namun, ketika ditemui di Terminal Senen, sebagian besar sopir mengaku belum paham penggunaan RFID dan teknis pembatasan BBM bersubsidi bagi kendaraan umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar